IngatkahSahabat, akan kisah "Perkawinan di Kana". Di mana Yesus mengubah air menjadi anggur. Saat itu Yesus membantu bukan karena keinginan Yesus sendiri, meskipun Ia mengatakan bahwa waktunya belum tiba, tapi ia tetap melakukan apa yang diperintahkan oleh ibunya. Dan Maria sebagai ibunya tentu sangat bangga dan bahagia akan apa yang sudah
- Simak Cerita Alkitab hari ini yang akan menceritakan kisah Mukjizat Yesus mengubah air menjadi anggur. Mukjizat Yesus ini bermula dari ibu Yesus, Yesus dan murid-muridnya menghadiri pesta pernikahan. Pesta pernikahan itu diadakan di Kana, Galilea. Baca juga Cerita Alkitab, Yosua dan Bangsa Israel Runtuhkan Tembok Yerikho dengan Nyanyian Baca juga Cerita Alkitab, Kisah Gadis-gadis yang Bijaksana dan Gadis-gadis yang Bodoh Saat pesta pernikahan tengah berlangsung, sang tuan pesta kekurangan anggur. Hal ini lantas diketahui oleh ibu Yesus. Ibu Yesus berinisiatif memberi tahu Yesus. Ibu Yesus berkata kepada Yesus ”Mereka kehabisan anggur.” Tetapi jawaban Yesus tak seperti apa yang menjadi kemauan Ibu Yesus. Yesus menjawab kepada ibunya ”Mau apakah engkau dari pada-Ku, ibu? Saat-Ku belum tiba.” Setelah Yesus menjawab hal itu, ibu Yesus berkata kepada pelayan-pelayan ”Apa yang dikatakan kepadamu, buatlah itu!” Ibu Yesus mengambil langkah iman, dia berkeyakinan bahwa Yesus akan membuat sesuatu. Di situ ada enam tempayan yang disediakan untuk pembasuhan menurut adat orang Yahudi, masing-masing isinya dua tiga buyung. Yesus berkata kepada pelayan-pelayan itu ”Isilah tempayan-tempayan itu penuh dengan air.” Dan mereka pun mengisinya sampai penuh. Baca juga Cerita Alkitab, Kisah Kesepuluh Orang Kusta, Hanya Satu Orang yang Tahu Berterima Kasih Yesus mengubah air menjadi anggur dalam pesta pernikahan di Kana Lalu kata Yesus kepada mereka ”Sekarang cedoklah dan bawalah kepada pemimpin pesta.” Lalu mereka pun membawanya.
Unduhilustrasi vektor Yesus Mengubah Air Menjadi Anggur ini sekarang. Dan cari lebih banyak seni vektor bebas royalti yang menampilkan Yesus Kristus grafik yang tersedia untuk diunduh dengan cepat dan mudah di perpustakaan iStock. “Jika Dia Dapat Mengubah Air Menjadi Anggur … ,” Liahona, Januari 2023. Gambarbuli-buli dengan air dan anggur Yohanes adalah satu-satunya penulis Injil yang menceritakan Juruselamat mengubah air menjadi anggur lihat Yohanes 21–11. Dia bahkan memiliki perasaan yang cukup kuat mengenai pengalaman itu untuk memberi tahu kita bahwa itu adalah “sebagai yang pertama dari tanda-tanda” Juruselamat Yohanes 211. Secara budaya, konsekuensi kehabisan anggur bisa merusak status sosial mereka yang terlibat. 1 Dan sementara saya tidak percaya mukjizat harus dramatis untuk mengubah hidup, saya bertanya-tanya mengapa Yohanes merasa mukjizat ini begitu penting di antara begitu banyak yang dramatis dan mengubah kehidupan. Mengapa Mukjizat? Mengapa mukjizat begitu penting di sepanjang pemberian pelayanan Juruselamat? Tentunya itu sebagian karena belas kasihan-Nya bagi mereka yang membutuhkan lihat Markus 141. Selain itu, mukjizat merupakan bukti penting akan kuasa dan wewenang ilahi-Nya lihat Markus 25, 10–11. Peristiwa-peristiwa yang bersifat mukjizat juga dapat memperkuat iman dan mendatangkan perhatian pada pesan-Nya lihat Yohanes 211; 62. Kemudian seseorang menunjukkan kepada saya bahwa mukjizat Juruselamat tidak hanya membawa orang untuk mendengarkan pesannya; itu membantu mengajarkan pesan Ketika saya bertanya kepada diri sendiri apa yang dapat saya pelajari mengenai Yesus Kristus dan misi ilahi-Nya dari mengubah air menjadi anggur, saya mulai melihat hal-hal baru. Berikut adalah tiga pelajaran yang saya pelajari dari mukjizat di Kana mengenai Juruselamat dan kuasa-Nya untuk menyelamatkan. 1. “Saat-Ku belum tiba” Ketika Maria meminta bantuan Yesus, Dia menanggapi, “Saat-Ku belum tiba” Yohanes 24. Tanpa perincian lebih lanjut, tidaklah jelas dari catatan Yohanes apa yang tepatnya Maria harapkan atau apa yang Yesus maksudkan dengan jawaban-Nya bahwa saat-Nya belum tiba. Saya segera memperhatikan bahwa ungkapan ini penting Adalah mungkin bahwa Yesus merujuk pada beberapa peristiwa yang sudah dekat di masa datang, seperti awal pemberian pelayanan umum-Nya. Pada saat yang sama, ungkapan tersebut memiliki gaung yang menggema di seluruh catatan Yohanes, sering mengarah pada mukjizat utama kurban pendamaian-Nya lihat Yohanes 421–23; 525–29; 730; 820. Akhirnya, ungkapan itu terulang kembali di akhir pemberian pelayanan fana-Nya, ketika “Yesus telah tahu bahwa saat-Nya sudah tiba untuk beralih dari dunia ini kepada Bapa” Yohanes 131, penekanan ditambahkan; lihat juga Yohanes 1223, 27; 1632. Dan sebelum pergi ke Getsemani, Dia berdoa, “Bapa, telah tiba saatnya; permuliakanlah Anak-Mu, supaya Anak-Mu mempermuliakan Engkau” Yohanes 171, penekanan ditambahkan. Melihat Yohanes mengulangi ungkapan ini di sepanjang catatannya membantu saya melihat yang akhir dari yang awal. Pertama, Yesus mengubah air menjadi anggur untuk memuaskan rasa haus jasmani. Kemudian, pada akhirnya, Dia menggunakan anggur sakramen untuk melambangkan darah pendamaian-Nya, yang memungkinkan kehidupan kekal dan menyebabkan mereka yang percaya kepada-Nya untuk tidak pernah haus lagi lihat Yohanes 413–16; 635–58; 3 Nefi 208. 2. “Apa yang dikatakan kepadamu, buatlah itu” Setelah meminta bantuan Yesus, Maria memberi tahu para pelayan, “Apa yang dikatakan kepadamu, buatlah itu” Yohanes 25. Ada sebuah pelajaran dalam pernyataan ini dan dalam kesamaan yang menarik antara kisah ini dan kisah Yusuf di Mesir. “Ketika seluruh negeri Mesir menderita kelaparan, dan rakyat berteriak meminta roti kepada Firaun, berkatalah Firaun kepada semua orang Mesir Pergilah kepada Yusuf; perbuatlah apa yang akan dikatakannya kepadamu” Kejadian 4155, penekanan ditambahkan. Maria mungkin tidak berniat membuat hubungan ini, dan mungkin Yohanes juga tidak. Tetapi sewaktu saya memperhatikan kesamaannya, dua gagasan muncul di benak. Pertama, saya melihat cara lain Yusuf dan tokoh-tokoh lain dari Perjanjian Lama menggambarkan tentang Yesus Kristus dan misi-Nya. Tetapi, yang lebih penting, kisah tentang Mesir dan Kana mengingatkan saya bahwa tidak saja Yesus Kristus dapat menyelamatkan kita dari dosa dan kematian melalui Pendamaian-Nya—yang kemudian Dia lambangkan dengan roti dan anggur—namun Dia juga dapat menyelamatkan kita dari tantangan-tantangan jasmani, sosial, dan lainnya. Ketika orang-orang kehabisan roti, Firaun menyuruh mereka untuk melakukan apa pun yang Yusuf katakan. Mereka melakukannya dan diberi roti dan diselamatkan dari penderitaan jasmani. Ketika para pelayan kehabisan anggur, Maria memberi tahu mereka untuk melakukan apa pun yang Yesus firmankan. Mereka melakukannya dan diberi anggur, dan mereka yang terlibat diselamatkan dari kegagalan melakukan kewajiban mereka. GambarYesus bersama pria dan anak Jika kita bersedia melakukan apa pun yang Yesus firmankan, Dia dapat melakukan mukjizat dalam kehidupan kita. Balm of Gilead [Balsam di Gilead], oleh Annie Henrie Nader, dilarang mengopi Jika kita bersedia melakukan apa pun yang Yesus firmankan, Dia dapat melakukan yang sama bagi kita dan melakukan mukjizat dalam kehidupan kita lihat Ibrani 1035–36. Diselamatkan adalah yang terbesar dari segala mukjizat-Nya, dan itu memerlukan kepatuhan di pihak kita lihat Ajaran dan Perjanjian 147; Pasal-Pasal Kepercayaan 13. 3. “Dan mereka pun mengisinya sampai penuh” Juruselamat mengarahkan para pelayan untuk mengisi enam tempayan dengan air. “Dan mereka pun mengisinya sampai penuh” Yohanes 26–7. Sementara para ahli menyarankan jumlah yang berbeda, mungkin aman untuk mengatakan bahwa setiap tempayan menampung beberapa galon. Apakah lebih sulit untuk mengubah satu galon atau 100 galon air menjadi anggur, saya tidak tahu. Apa yang telah mengubah hidup saya adalah gagasan bahwa Yesus memiliki kuasa untuk mengubah satu hal menjadi sesuatu yang sama sekali berbeda. Dia tidak hanya membuat air dengan rasa anggur; Dia mengambil air, dengan struktur molekulnya yang sederhana, dan mengubahnya menjadi anggur, campuran kompleks dari ratusan senyawa kimia. Jika Dia dapat melakukan itu, maka Dia dapat mengubah tantangan saya menjadi berkat—bukan hanya menambahkan prospek yang penuh harapan pada badai tetapi benar-benar mengubah substansi pencobaan menjadi sesuatu yang memberkati saya lihat Roma 828; 2 Nefi 22. Dan jika Dia dapat melakukannya dengan satu tantangan, Dia dapat melakukannya dengan semuanya. Maka ketika kehidupan tampak penuh dengan pencobaan, ingatlah bahwa Dia dapat mengubah air menjadi anggur. Dia dapat mengaruniakan perhiasan kepala ganti abu lihat Yesaya 613. Dia dapat mengambil kejahatan dan mengubahnya menjadi kebaikan lihat Kejadian 5020. Dia dapat mengubah kesalahan saya menjadi pertumbuhan dan mengambil dosa-dosa saya serta mengubahnya dari penghukuman menjadi Dan, bagi saya, realisasi itu adalah yang paling signifikan dari semuanya. Mukjizat ini yang pernah saya abaikan telah mengajari saya bahwa melalui kuasa-Nya, jika kita memiliki iman untuk melakukan apa yang Dia minta, Dia dapat mengubah kita dari apa adanya kita menjadi apa yang kita dapat menjadi—seperti Dia. Maksudsaya adalah kisah Yesus mengubah air menjadi anggur adalah HOAX. HOAX makanya hanya dicatat oleh Yohanes. Tiga Injil yang lain tidak mencatatnya. Anonymous on 09/04/2021 at 11:36 pm said: santai bro, mau saya laporkan. A on 09/04/2021 at 11:39 pm said: Adegannya adalah pesta pernikahan desa. Di Palestina, pernikahan adalah peristiwa yang sangat penting. Itu adalah hukum Yahudi bahwa pernikahan seorang perawan harus dilakukan pada hari Rabu. Ini menarik karena memberi kita tanggal untuk bekerja kembali; dan jika pernikahan ini terjadi pada hari Rabu itu pasti hari Sabat ketika Yesus pertama kali bertemu Andreas dan Yohanes dan mereka tinggal bersamanya sepanjang hari. Pesta pernikahan berlangsung lebih dari satu hari. Upacara perkawinan itu sendiri berlangsung sore hari, setelah pesta. Setelah upacara, pasangan muda itu dibawa ke rumah baru mereka. Saat itu hari sudah gelap dan mereka dibawa melalui jalan-jalan desa dengan cahaya obor yang menyala dan dengan kanopi di atas kepala mereka. Mereka diambil dengan rute sepanjang mungkin sehingga sebanyak mungkin orang memiliki kesempatan untuk mendoakan mereka dengan baik. Tetapi pasangan yang baru menikah tidak pergi untuk berbulan madu; mereka tinggal di rumah; dan selama seminggu mereka tetap open house. Mereka mengenakan mahkota dan mengenakan jubah pengantin mereka. Mereka diperlakukan seperti raja dan ratu, benar-benar disapa sebagai raja dan ratu, dan kata-kata mereka adalah hukum. Dalam kehidupan di mana ada banyak kemiskinan dan kerja keras terus-menerus, minggu perayaan dan kegembiraan ini adalah salah satu kesempatan saat bahagia seperti inilah Yesus dengan senang hati berbagi. Tapi ada yang tidak beres. Kemungkinan besar kedatangan Yesus menyebabkan suatu masalah. Dia telah diundang ke pesta itu, tetapi dia datang tidak sendirian tetapi dengan lima murid. Tambahan lima orang itu barangkali bisa menyebabkan hal-hal yang merepotkan. Pada saat itulah anggur pesta Yahudi, anggur sangat penting. "Tanpa anggur," kata para rabi, "tidak ada sukacita." Bukan karena orang mabuk, tetapi di Timur anggur sangat penting. Mabuk sebenarnya adalah aib besar, dan mereka benar-benar meminum anggur mereka dalam campuran yang terdiri dari dua bagian anggur dan tiga bagian air. Di dalam kehidupan sehari-hari, persediaan anggur harus selalu ada. Kalau anggur tidak ada maka keluarga yang bersangkutan merasa mendapat persoalan besar, sebab keramah-tamahan yang dibarengi dengan anggur merupakan tugas suci setiap orang dan keluarga. Kehabisan anggur di dalam suatu pesta perkawinan merupakan penghinaan yang tak terhingga bagi kedua mempelai. Jadi Maria datang kepada Yesus untuk memberitahu Dia mengenai hal itu. Dalam Perjanjian Baru terjemahan Bode, kita temukan jawaban Yesus sebagai berikut “Hai perempuan, apakah yang kena-mengena di antara Aku dengan engkau?” Terjemahan Bode ini terlalu harfiah dan kehilangan makna yang sebenarnya. Di situ jawab Yesus sangat kasar dan kurang hormat. Padahal yang dimaksudkan ialah agar Maria tidak khawatir dan bahwa Yesus akan menyelesaikan soal itu menurut cara-Nya sendiri. Perjanjian Baru Terjemahan Baru menterjemahkan jawaban Yesus itu demikian “Mau apakah engkau dari pada-Ku, ibu?” Terjemahan ini lebih baik dari yang Yunani “gunai” yang diterjemahkan “perempuan” memang bisa mengandung arti yang agak menyesatkan. Kata “perempuan” bisa mengandung arti yang kasar, apalagi kalau dipakai dalam hubungan kekerasan. Tetapi kata tersebut bisa juga mengandung arti yang halus dan penghormatan. Kata “gunai” itu dipakai oleh Yesus di kayu salib ketika Ia berkata kepada Maria, ibu-Nya, dan menyerahkannya kepada Yohanes Yohanes 1926. Kata itu juga dipakai oleh Agustus, kaisar Romawi, untuk Cleopatra isterinya yang dari Mesir. Dalam bahasa Indonesia, dan khususnya dalam cerita yang kita pelajari sekarang, kata “gunai” diterjemahkan dengan “ibu”. Terjemahan itu tepat pun cara Yesus menjawab kegelisahan Maria, Maria tetap percaya kepada-Nya. Dia menyuruh para pelayan untuk melakukan apa yang Yesus perintahkan. Di depan pintu ada enam tempayan yang bisa memuat dua sampai tiga buyung air. Jadi tempayan itu berukuran besar. Yohanes menulis kitab Injilnya itu untuk orang Yunani. Itulah sebabnya ia memberikan keterangan, bahwa tempayan itu ada di situ serta berisi air untuk upacara pembersihan menurut kebiasaan Yahudi. Air itu mempunyai dua maksud Pertama, dipakai untuk membasuh kaki sebelum orang masuk ke dalam rumah. Jalan-jalan di Palestina adalah jalan tanah biasa. Sandal sebagai alas kaki hanyalah sekedar alas telapak kaki yang diikatkan dengan tali. Pada hari-hari yang panas, kaki akan tertutup oleh debu dan pada hari-hari hujan kaki terkena lumpur. Air dipergunakan untuk membasuh kaki yang kotor air diperlukan untuk membasuh tangan. Orang Yahudi yang asli akan membasuh tangan sebelum makan dan selama makan kalau tangan dirasa kotor. Caranya ialah, mula-mula tangan diangkat agak tinggi, lalu disiram dengan air sampai ke pergelangan. Setelah itu taqngan diturunkan sedikit, lalu disiram air dan air mengalir dari pergelangan ke jari-jari. Cara tersebut dilakukan untuk masing-masing tangan. Akhirnya telapak tangan dibasuh dengan cara menggosok-gosokkannya pada pergelangan tangan yang lain. Peraturan upacara Yahudi mengatakan bahwa pembasuhan tangan seperti itu harus dijalankan sebelum mulai makan dan kalau akan mengambil makanan lain yang disajikan. Kalau tidak dilakukan. Maka tangan tetap akan dianggap tidak kedua maksud itulah maka dalam pesta perkawinan di Kana tersebut disediakan enam tempayan yang memerintahkan agar tempayan-temnpayan itu diisi dengan air hingga penuh. Yesus menekankan hal itu agar supaya jelas bahwa memang hanya air-lah yang diisikan ke dalam tempayan tersebut. Kemudian Yesus memerintahkan agar para pelayan mencedok air itu dan membawanya kepada pemimpin pesta, yang dalam bahasa Yunani disebut “arkhitriklinos”. Di dalam pesta-pesta orang Romawi selalu ada pemimpinnya yang disebut “arbiter bibendi” yang mengatur minuman. Kadang-kadang salah seorang tamu bertindak sebagai pembawa acara di dalam pesta perkawinan kita, “arkhitriklinos” kira-kira sama dengan pemimpin para pelayanan, yang mengatur tempat para tamu duduk dan mengawasi jalannya pesta. Ketika ia mencicipi air yang telah menjadi anggur, ia sangat keheranan. Ia lalu memanggil mempelai laki-laki, dan berkata sambil bersenda-gurau “Pada umumnya orang menyajikan anggur yang baik lebih dahulu, dan kalau para tamu sudah mulai mabuk, dan cita rasa mereka mulai tumpul, serta mulai kurang peduli terhadap rasa minuman yang diminum, anggur yang kurang baik mulai disajikan; tetapi engkau baru menyajikan yang terbaik sekarang.”Jadi Yesus untuk pertama kali menyatakan kemuliaan-Nya justru di suatu pesta perkawinan di desa Kana, Galilea. Dan di situ pula para murid-Nya mengetahui siapa sebenarnya Yesus, meskipun hanya sekejapAda beberapa aspek yang muncul dari tindakan mujizat yang dilakukan oleh Yesus, setidaknya ada 3 tiga hal yang bisa kita catat, antara lain[1]. Kita catat SAAT peristiwa itu terjadi. Peristiwa itu terjadi dalam suatu pesta perkawinan. Yesus sendiri tidak merasa canggung di dalam pesta semacam itu. Ia bukanlah seorang pengganggu kesenangan. Ia senang untuk ikut serta dalam kesukacitaan pesta perkawinan semacam ada sejumlah penganut agama yang suka menampilkan wajah muram ke manapun mereka pergi. Mereka selalu menaruh curiga terhadap berbagai macam kesenangan dan kegembiraan,. Bagi mereka agama adalah sesuatu yang harus dinampakkan dengan pakaian gelap, suara besar dan bernada rendah, serta menjauhi pergaulan sosial masyarakat. Charles H. Spurgeon, dalam bukunya yang berjudul “Lectures To My Students” memberikan nasihat yang bijaksana, tetapi juga pedas. Ia mengatakan, “Nada-nada berat yang menakutkan hanya pantas bagi para penggali kubur, sedangkan Lazarus dibangkitkan bukan oleh keluh kesah kosong.” “Aku mengenali banyak orang beragama yang penampilannya, dari kepala sampai ujung kaki, dari pakaiannya, nada bicaranya, tingkah laku, dasi, dan sepatunya, begitu berlagak saleh sehingga kemanusiaannya tidak nampak sedikitpun....” “Beberapa orang laki-laki memakai selendang putih yang dililitkan pada kepalanya, sehingga kemanusiaannya yang asli terselubung di dalamnya..”“Seseorang yang tidak mempunyai keramah-tamahan terhadap orang lain, sebaiknya menjadi tukang gali kubur untuk para orang mati, karena ia tidak akan pernah bisa mempengaruhi orang lain yang masih hidup.” “Aku inginkan agar setiap orang memiliki keriangan untuk memenang-kan orang lain, bukan jiwa kesemberonoan dan pembual, melainkan jiwa yang ramah dan gembira. Lebih banyak lalat yang terpikat madu daripada cuka, dan lebih banyak orang yang masuk sorga karena perbuatan orang yang berwajah kasih daripada perbuatan orang berwajah durja.”Yesus sendiri tidak pernah menganggap kegembiraan sebagai kejahatan. Karena itu para pengikut-Nya pun tidak perlu menganggap kegembiraan sebagai kejahatan. [2]. Kita catat TEMPAT peristiwa itu terjadi. Peristiwa irtu terjadi di suatu rumah yang sederhana di sebuah desa di daerah Galilea. Mungkin itu terjadi bukan dalam suatu peristiwa besar dengan kehadiran banyak orang. Mujizat itu terjadi di dalam suatu dalam bukunya yang berjudul “A Portrait of St. Luke”, Green Armytage, membicarakan tentang Kesukaan Lukas untuk menampilkan Yesus di tengah-tengah kenyataan keluarga dan orang-orang yang sederhana. Dengan tandas ia mengatakan bahwa Lukas telah menghadirkan Allah di tengah-tengah kehidupan rumah tangga dan ditengah-tengah hal-hal yang biasa di dalam kehidupan manusia. Tindakan Yesus di Kana Galilea menunjukkan sikap dan pandangan Yesus tentang rumah tangga. Di dalam rumah tangga itulah Yesus menyatakan sikap dan pandangan banyak orang terhadap rumah, terdapat suatu pertentangan yang aneh. Pada satu pihak semua orang akan mengakui bahwa tak ada tempat yang lebih indah di dunia ini kecuali rumah sendiri. Tetapi pada pihak lain, mereka juga mengakui, bahwa justru di dalam rumah sendiri itu mereka merasa berhak untuk bertindak sangat tidak sopan, sangat canggung, sangat egoistis dan kurang ajar. Di dalam rumah sendiri mereka justru melakukan banyak hal yang mereka tidak berani lakukan di luar. Banyak di antara kita akan memperlakukan orang-orang yang yang sangat kita kasihi dengan cara-cara yang tidak akan kita pakai untuk memperlakukan teman atau kenalan. Yang sering terjadi ialah, bahwa malah orang lain-lah yang melihat kebaikan kita, sedangkan orang yang tinggal bersama kita hanya melihat keburukan kita. Namun, kita harus selalu ingat, bahwa justru di dalam rumah yang sederhanalah Yesus menyatakan kemuliaan-Nya. Bagi Yesus rumah adalah tempat, di mana tidak ada yang baik kecuali kebaikan-Nya sendiri.[3]. Kita mencatat MENGAPA peristiwa itu terjadi. Kita telah lihat bahwa di Timur Tengah keramah-tamahan adalah suatu tugas suci. Pada hari itu keluarga yang mengadakan pesta perkawinan akan sangat diper-malukan kalau anggurnya habis. Untuk mendorong sebuah keluarga sederhana di Galilea itulah Yesus menyatakan kuasa-Nya. Yesus melakukan hal itu karena ia menaruh belas kasihan, kebaikan dan pengertian yang mendalam, terhadap rakyat kecil dan sederhana setiap orang dapat melakukan hal yang besar di dalam dan bagi suatu peristiwa besar. Tetapi hanya Yesuslah yang melakukan hal yang besar di dalam suatu peristiwa keluarga yang kecil dan sederhana. Agaknya ada suatu kejahilan manusiawi yang alamiah, di mana orang merasa gembira kalau ada orang lain yang sengsara. Kejahilan demikian itu nampak pula di mana orang merasa senang untuk memper-gunjingkan kesengsaraan orang lain di tempat dan saat apa Yesus, Tuhan semua yang hidup dan Raja kemuliaan, justru memakai kuasa-Nya untuk menolong dan menyelamatkan pasangan muda Galilea itu dari kejatuhan dan merasa dipermalukan. Dengan perbuatan yang sama, yaitu tindakan yang penuh pengertian dan kebaikan yang tanpa banyak bicara kita dapat menunjukkan bahwa kita adalah pengikut Yesus Kristus. Selanjutnya cerita ini secara indah menunjukkan dua hal tentang kepercayaan Maria terhadap Yesus.1. Secara segera dan sengaja Maria datang kepada Yesus ketika ada sesuatu yang tidak bersama-Nya. Ada suatu cerita tradisi kuno yang menceritakan tentang masa kecil Yesus di Nazaret. Cerita itu mengatakan, bahwa banyak orang yang datang kepada Yesus. Mereka datang karena merasa lelah, khawatir, panas, terganggu dan hampir putus asa. Ketika mereka melihat Yesus, semua gangguan itu hilang. Cerita itu cukup menarik. Dan sampai sekarang masih berlaku, bahwa siapa pun yang mengenal Yesus secara akrab akan selalu datang kepada-Nya, kalau ia merasakan adanya sesuatu yang tidak beres. Dan Yesus tidak pernah mengecewakan mereka itu.2. Meskipun Maria tidak mengerti apa yang akan dilakukan oleh Yesus, dan meskipun Yesus nampak akan menolak permintaan Maria. Maria tetap percaya kepada-Nya. Itulah sebabnya Maria meminta kepada para pelayan pesta untuk melakukan apa yang dikatakan oleh Yesus. Maria mempunyai iman yang kuat meskipun ia tidak mengerti. Ia tidak tahu apa yang akan dilakukan oleh Yesus, tetapi ia yakin bahwa Yesus akan melakukan sesuatu yang benar. Di dalam kehidupan kita, sering ada masa-masa yang gelap ketika kita tidak mengetahui apa-apa. Sering kita mengalami kejadian-kejadian yang tidak kita mengerti sebab atau maknanya. Berbahagialah orang yang tetap percaya meskipun ia tidak ini pun menceritakan sesuatu tentang Yesus. Dalam jawaban-Nya kepada Maria, Yesus berkata, “Saat-Ku belum tiba.” Di dalam seluruh cerita Injil Yesus selalu berbicara tentang “saat-Nya”. Di dalam Yohanes 76,8, Ia berbicara tentang waktu pemunculan-Nya sebagai dalam Yohanes 1223 dan 171; Matius 2618, 45 dan Markus 1441 Yesus berbicara tentang waktu penyaliban dan sepanjang hidup-Nya Yesus mengetahui bahwa kedatangan-Nya ke dunia ini adalah untuk suatu maksud dan tugas tertentu. Ia melihat hidup-Nya bukan menurut keinginan-Nya sendiri melainkan menurut kehendak Allah terhadap diri-Nya. Ia melihat hidup-Nya bukan dalam hubungan dengan waktu yang berubah-ubah, melainkan dalam hubungan dengan kekekalan yang abadi. Sepanjang hidup-Nya Yesus secara teguh berjalan menuju saat yang telah ditentukan bagi-Nya, dan yang Ia ketahui, berhubung dengan kedatangan-Nya ke dalam dunia ini. Demikian pula kita harus berpikir tentang maksud Allah terhadap diri kita dan bukan berpikir maksud serta keinginan kita sendiri. Kita ada di dalam dunia ini bukan untuk memenuhi maksud dan keinginan kita sendiri, melainkan untuk memenuhi maksud dan kehendak dalam cerita ini disebutkan ada enam tempat air dari batu; dan atas perintah Yesus air di dalamnya berubah menjadi anggur. Menurut orang Yahudi, angka tujuh merupakan angka yang lengkap dan sempurna, dan angka enam adalah angka yang belum lengkap dan belum sempurna. Enam tempat air dari batu itu menunjuk kepada ketidak-sempurnaan semua hukum Yahudi. Yesus datang untuk menghapuskan ketidaksempurnaan hukum itu dan menggantikannya dengan anggur baru, Injil anugerah-Nya. Yesus merubah ketidak-sempurnaan hukum menjadi kesempurnaan satu hal lagi yang perlu dicatat dalam hubungan ini. Ada enam tempat air dari batu, yang masing-masing berisi air dua sampai tiga buyung, dan diubah oleh Yesus menjadi anggur. Jumlah semua isinya kira-kira bisa mencapai 720 liter. Dan semuanya itu menjadi anggur. Cerita ini memang tidak harus dimengerti secara hurufiah. Yang dimaksudkan oleh Yohanes ialah bahwa anugerah Yesus yang datang kepada manusia adalah cukup bagi siapa saja. Tidak ada suatu pesta perkawinan yang akan bisa menghabiskan 720 liter anggur. Tidak ada sesuatu pun di dunia ini yang bisa menghabiskan anugerah Yesus. Anugerah itu sungguh-sungguh mulia dan berlimpah-ruah. Yohanes hendak menjelaskan kepada kita bahwa di dalam Yesus ketidak-sempurnaan telah menjadi kesempurnaan, dan anugerah menjadi tidak terbatas, cukup, dan bahkan lebih dari cukup bagis Setiap kita tahu apa yang hendak Yohanes ajarkan kepada kita. Setiap cerita tidak hanya menceritakan sesuatu yang dilakukan Yesus untuk satu kali saja, melainkan tentang sesuatu yang Yesus lakukan terus menerus. Yohanes tidak menceritakan tentang hal-hal yang sekali pernah dilakukan Yesus di Palestina, melainkan tentang hal-hal yang masih sedang Yesus lakukan sekarang juga. Dan apa yang diinginkan oleh Yohanes di sini bukannya supaya kita mengetahui bahwa Yesus pernah pada suatu hari merubah air dalam tempayan menjadi anggur. Yohanes ingin agar kita mengetahui bahwa apabila Yesus datang ke dalam hidup seseorang, di situ datang juga suatu kualitas baru seperti berubahnya air menjadi anggur. Tanpa Yesus, hidup hanyalah kosong, hambar dan tidak bermakna. Kalau Yesus masuk ke dalamnya, hidup itu menjadi hidup, gairah dan menyenangkah. Tanpa Yesus, hidup adalah membosankan dan tidak menarik. Dengan Yesus, hidup itu bergerak, bergetar dan penuh Sir Wilfred Grenfell menghimbau untuk mendapatkan sukarela-wan bagi pekerjaannya di Labrador, ia mengatakan bahwa ia tidak bisa menjanjikan uang banyak, tetapi ia memberi mereka janji mengenai waktu yang bermakna dalam hidup mereka. Janji seperti itulah juga yang diberikan oleh Yesus kepada bahwa Yohanes menulis Injilnya tujuh puluh tahun setelah Yesus disalib. Selama tujuh puluh tahun itu Yohanes telah memikirkan, merenungkan dan mengingat-ingat Yesus, sampai ia melihat makna serta hal-hal penting yang dahulu tidak dilihatnya. Ketika Yohanes menuturkan cerita ini, ia ingat tentang kenyataan hidup bersama Yesus. Ia mengatakan “Ke mana saja Yesus pergi dan kapan saja Yesus datang ke dalam hidup, semuanya itu laksana air yang berubah menjadi anggur.” Di dalam cerita ini Yohanes sendiri berkata kepada kita sekarang “Kalau anda menginginkan kesukacitaan yang baru, jadilah pengikut Yesus, dan anda akan mengalami perubahan hidup seperti air yang berubah menjadi anggur.” Amin. Selanjutnya ada diorama soal mujizat Yesus yang pertama, yakni di mana Ia mengubah air menjadi anggur dalam sebuah perkawinan di Kana. Rupanya, peristiwa ini enggak ada di Injil lain di Alkitab, selain Yohanes. Namun, mujizat ini penting, sebab merupakan salah satu dari tujuh tanda bahwa Yesus Kristus adalah Anak Allah.
Ayat bacaan Yohanes 29 ===================== “Setelah pemimpin pesta itu mengecap air, yang telah menjadi anggur itu–dan ia tidak tahu dari mana datangnya, tetapi pelayan-pelayan, yang mencedok air itu, mengetahuinya” Hari ini ketika berjalan-jalan di supermarket, saya melihat sederetan botol-botol minuman dengan berbagai merek, kemasan dan rasa. Semuanya tentu mengandung air, tetapi harganya beragam. Sesama air mineral saja bisa berbeda harga. Ada yang karena mereknya, ada pula yang ditambahi oksigen sehingga dikatakan akan lebih sehat dan segar untuk diminum dibandingkan air biasa. Cukup lama saya mengamat-amati berbagai jenis minuman ini, sehingga saya pun berpikir, jika air mineral saja sudah lebih mahal dibanding air putih biasa, bagaimana jika dibandingkan dengan anggur? Tentu harganya akan jauh lebih tinggi. Sama-sama air, sama-sama minuman, tapi jauh berbeda nilainya. Saya pun teringat ketika Yesus mengadakan mukjizat merubah air menjadi anggur di sebuah pesta perkawinan yang tercatat dalam Alkitab. Melanjutkan renungan mengenai orang benar kemarin, hari ini saya mengangkat kisah mengenai kisah kehadiran Yesus di pesta perkawinan di Kana yang terdapat dalam Yohanes 21-11. Ada banyak implikasi yang bisa kita jadikan pelajaran dari kisah ini, tapi hari ini saya secara khusus hari ini saya ingin fokus kepada mukjizat yang dilakukan Yesus dengan mengubah air menjadi anggur. Dikisahkan pada waktu itu Yesus dan murid-muridNya hadir disana, begitu pula ibu Yesus. Mungkin tamu yang hadir membludak jauh dari yang diperkirakan, sehingga mereka kehabisan anggur. Mari kita lihat situasi disana. “Di situ ada enam tempayan yang disediakan untuk pembasuhan menurut adat orang Yahudi, masing-masing isinya dua tiga buyung.” Yohanes 26. Dua-tiga buyung itu kira-kira setara dengan 20-30 galon, kira-kira 100 liter bisa ditampung dalam masing-masing tempayan. “Yesus berkata kepada pelayan-pelayan itu “Isilah tempayan-tempayan itu penuh dengan air.” Dan merekapun mengisinya sampai penuh.” ay 7. Setelah itu, Yesus meminta mereka untuk menyendok air itu dan membawanya kepada pemimpin pesta. ay 8. Lalu inilah yang terjadi. “Setelah pemimpin pesta itu mengecap air, yang telah menjadi anggur itu–dan ia tidak tahu dari mana datangnya, tetapi pelayan-pelayan, yang mencedok air itu, mengetahuinya”. ay 9. Si pemimpin pesta pun terheran-heran. Segera ia memanggil mempelai pria, dan berkata “Setiap orang menghidangkan anggur yang baik dahulu dan sesudah orang puas minum, barulah yang kurang baik; akan tetapi engkau menyimpan anggur yang baik sampai sekarang.”ay 10. Ini ringkasan dari mukjizat awal sebagai permulaan dari pelayanan Kristus secara langsung di dunia. Yesus mengubah air menjadi anggur. Bukan sekedar anggur biasa atau ala kadarnya, tapi jelas dikatakan anggur yang baik. ay 10. Anggur yang baik ini kemudian dinikmati dan menjadi berkat bagi banyak orang yang hadir disana. Akan sangat jauh berbeda tentunya jika yang dihidangkan hanya air putih biasa. Dari kisah terkenal ini kita bisa mengambil pelajaran penting. Seperti apakah kita saat ini? Apakah kita masih seperti air biasa atau seperti air yang sedang dalam proses pemurnian? Seperti halnya Yesus sanggup mengubah air menjadi anggur, Dia sanggup mengubah kita yang “biasa-biasa” saja untuk menjadi anggur yang baik yang bisa memberkati, membawa sukacita bagi banyak orang. Bagaimana caranya? Dari kisah di atas kita bisa melihat bahwa awalnya tempayan-tempayan itu disuruh Yesus sendiri untuk diisi dengan air. Ini berbicara mengenai pentingnya kita mengisi diri kita secara teratur dengan firman Tuhan yang hidup. Firman Tuhan sungguh penting dalam hidup kita, “Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua manapun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita.” Ibrani 412. Dan jangan lupa sebelum air diperintahkan Yesus untuk masuk ke tempayan, ada sebuah pesan penting yang disampaikan ibu Yesus. “Tetapi ibu Yesus berkata kepada pelayan-pelayan “Apa yang dikatakan kepadamu, buatlah itu!“ ay 5. Dari sini kita bisa melihat bahwa ketaatan pada Yesus menjadi kunci utama pula. Jadi secara singkat kita bisa melihat bahwa jika kita manusia berada di tangan Yesus, taat kepadaNya dan kemudian mengisi diri kita dengan air yang adalah firman Tuhan, maka kita bisa diubahkan untuk menjadi anggur atau berkat bagi orang lain. Menjalani sebuah proses pengubahan seringkali tidak menyenangkan. Ada kalanya kita harus mengalami berbagai hal berat dan menyakitkan ketika sedang dibentuk. Tetapi kemudian setelahnya kita bisa diubahkan Tuhan menjadi anggur berkualitas yang bisa memberkati banyak orang. Hidup kita yang biasa-biasa saja bisa diubahkan dan dipakai Tuhan agar bermakna bagi orang lain. Untuk itu kita harus rela ditegur, dikoreksi, diajar atau bahkan dihajar apabila perlu. Siapapun kita, apapun latar belakang kita, Tuhan bisa pakai itu semua untuk menjadi berkat. Yang dibutuhkan adalah kerelaan kita untuk diubahkan dan dipakai agar menjadi berkat. Ketaatan kita secara penuh, melakukan apa yang Dia perintahkan, lalu mengisi diri kita dengan firman Allah, itulah dasar yang akan mengarahkan kita menjadi anggur berkualitas. Seperti air jenis apakah kita saat ini? Mari kita sama-sama terus bertumbuh hingga bisa menjadi anggur baik yang memberkati orang banyak. Jadilah anggur yang baik yang membawa sukacita dan berkat bagi sesama Follow us on twitter
Setelah pemimpin pesta itu mengecap air, yang telah menjadi anggur itu--dan ia tidak tahu dari mana datangnya, tetapi pelayan-pelayan, yang mencedok air itu, mengetahuinya" Hari ini saya ingin mengajak teman-teman untuk kembali melihat kisah ketika Yesus membuat mukjizat untuk pertama kali, yaitu kisah Perkawinan di Kana yang terdapat
Komik Alkitab TUHAN YESUS MENGUBAH AIR MENJADI ANGGUR Sumber Alkitab Perjanjian Baru Kitab Yohanes pasal 2 ayat 1 sampai 11 Pada waktu itu di kota Kana, propinsi Galilea, Ada pesta perkawinan Tuhan Yesus, ibu-Nya dan murid-murid-Nya diundang ke pesta perkawinan itu Ibu Maria mendengar bahwa para pelayan sedang kekurangan minuman anggur Minuman anggur habis, padahal masih ada tamunya Ibu Maria ingin agar Tuhan Yesus melakukan sesuatu Ibu Maria menyuruh para pelayan untuk menuruti apa yang akan dikatakan Tuhan Yesus Tuhan Yesus menyuruh pelayan itu agar mengisi penuh tempayan dengan air Setelah itu, Tuhan Yesus menyuruh pelayan itu mencedok kembali air yang dituang tadi Air biasa itu berubah menjadi ... Air minuman anggur yang enak Pelayan itu memberikannya kepada pemimpin pesta untuk dicicipi rasanya Pemimpin pesta berkata kepada mempelai pria bahwa ini adalah anggur paling enak Tuhan Yesus membuat mujizat yang pertama. Tuhan Yesus menyatakan kemuliaan-Nya. Semua murid-Nya percaya kepada Tuhan Yesus Ayat Hafalan Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup Matius 16 16
. 146 405 498 29 264 31 226 55

kisah yesus mengubah air menjadi anggur