Dalamkotbah di bukit, berkatalah Yesus, "Janganlah kalian mengumpulkan harta di bumi; ngengat dan karat akan merusakkannya, dan pencuri akan membongkar serta mencurinya. Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di surga. Di surga ngengat dan karat tidak merusakkannya, dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya.
Jangan marah! Ini adalah hadits penting yang perlu dikaji. Kali ini masih lanjutan dari bahasan Imam Nawawi dalam Hadits Arbain An-Nawawiyah. الحَدِيْثُ السَّادِسُ عَشَرَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَجُلًا قَالَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَوْصِنِي قَالَ لَا تَغْضَبْ فَرَدَّدَ مِرَارًا قَالَ لَا تَغْضَبْ رَوَاهُ البُخَارِي Hadits Ke-16 Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu berkata, seorang lelaki berkata kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam, “Berilah aku wasiat.” Beliau menjawab, “Janganlah engkau marah.” Lelaki itu mengulang-ulang permintaannya, namun Nabi shallallahu alaihi wa sallam selalu menjawab, “Janganlah engkau marah.” HR. Bukhari [HR. Bukhari, no. 6116] Penjelasan Hadits Nama dari sahabat yang bertanya meminta nasihat tidak perlu disebutkan di sini dan tidak mencacati hadits. Di sini ia meminta nasihat, berarti meminta sesuatu yang penting. Maksud “jangan marah” ada dua makna Menahan diri ketika ada sebab yang membuat kita marah, sampai kita tidak marah. Jangan sampai melakukan kelanjutan dari marah. Jika ada yang mau marah hingga mau mentalak istrinya, maka kita katakan, “Bersabarlah, tahanlah diri terlebih dahulu.” Faedah Hadits Semangatnya para sahabat, mereka mencari ilmu untuk diamalkan. Nasihat bisa disesuaikan dengan kondisi orang yang dinasihati. Larangan marah sampai diwasiatkan Nabi shallallahu alaihi wa sallam dikarenakan marah itu punya mafsadat yang besar. Ada yang sampai marah hingga mentalak istrinya. Ada yang sampai marah hingga berjanji tidak mau lagi berbicara, lalu akhirnya ia menyesalinya. Islam melarang dari akhlak yang jelek. Islam juga melarang hal-hal yang dapat menimbulkan marah dan berbagai dampak jeleknya. Nabi shallallahu alaihi wa sallam mengulangi wasiat “jangan marah” menunjukkan pentingnya wasiat ini. Suami Mentalak Istri dalam Keadaan Marah Keadaan marah ada dua bentuk Marah dalam keadaan sadar, akal dan pikiran tidaklah berubah, masih normal. Ketika itu, masih dalam keadaan mengetahui maksud talak yang diutarakan. Marah seperti ini tidak diragukan lagi telah jatuh talak. Dan bentuk talak seperti inilah yang umumnya terjadi. Marah sampai dalam keadaan tidak mengetahui apa-apa atau hilang kesadaran dan tidak paham apa yang diucapkan atau yang dimaksudkan. Seperti ini tidak jatuh talak dan tidak ada perselisihan pendapat di dalamnya. Lihat pembahasan Shahih Fiqh As-Sunnah karya Syaikh Abu Malik. Lima Kiat Meredam Marah 1- Membaca ta’awudz, meminta perlindungan pada Allah dari godaan setan Kenapa sampai meminta tolong pada Allah agar dilindungi dari setan? Karena dalil-dalil berikutnya akan terlihat jelas bahwa marah bisa dari setan. Maka kita mengamalkan firman Allah dari ayat berikut, وَإِمَّا يَنْزَغَنَّكَ مِنَ الشَّيْطَانِ نَزْغٌ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ ۚإِنَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ “Dan jika setan datang menggodamu, maka berlindunglah kepada Allah. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar Maha Mengetahui.” QS. Al-A’raf 200 Sulaiman bin Shurod radhiyallahu anhu berkata, كُنْتُ جَالِسًا مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَرَجُلاَنِ يَسْتَبَّانِ، فَأَحَدُهُمَا احْمَرَّ وَجْهُهُ، وَانْتَفَخَتْ أَوْدَاجُهُ، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ” إِنِّي لَأَعْلَمُ كَلِمَةً لَوْ قَالَهَا ذَهَبَ عَنْهُ مَا يَجِدُ، لَوْ قَالَ أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ، ذَهَبَ عَنْهُ مَا يَجِدُ“ “Pada suatu hari aku duduk bersama-sama Nabi shallallahu alaihi wa salam sedang dua orang lelaki sedang saling mengeluarkan kata-kata kotor satu dan lainnya. Salah seorang daripadanya telah merah mukanya dan tegang pula urat lehernya. Lalu Rasulullah shallallahu alaihi wa salam bersabda, “Sesungguhnya aku tahu satu perkataan sekiranya dibaca tentu hilang rasa marahnya jika sekiranya ia mau membaca, A’udzubillahi minas-syaitani’ Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan, niscaya hilang kemarahan yang dialaminya.” HR Bukhari, no. 3282 Juga ada hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, إِذَا غَضِبَ الرَّجُلُ فَقَالَ أَعُوْذُ بِاللهِ ، سَكَنَ غَضْبُهُ “Jika seseorang dalam keadaan marah, lantas ia ucapkan, A’udzu billah Aku meminta perlindungan kepada Allah’, maka redamlah marahnya.” HR. As-Sahmi dalam Tarikh Jarjan, 252. Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah, no. 1376 2- Diam Karena yang namanya marah itu jika keluar bisa jadi keluar kata-kata yang tidak Allah ridhai. Ada yang marah keluar kata-kata kufur, ada yang marah keluar kalimat mencaci maki, ada yang marah keluar kalimat laknat, ada yang marah keluar kalimat cerai hingga hal-hal sekitarnya pun bisa hancur. Kalau seseorang memaksa dirinya untuk diam ketika akan marah, hal-hal yang rusak tadi tidak akan terjadi. Ada hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, وَ إِذَا غَضِبَ أَحَدُكُمْ فَلْيَسْكُتْ “Jika salah seorang di antara kalian marah, diamlah.” HR. Ahmad, 1 239. Syaikh Syu’aib Al-Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan lighairihi. 3- Berganti posisi Dari Abu Dzarr radhiyallahu anhu, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, إِذَا غَضِبَ أَحَدُكُمْ وَهُوَ قَائِمٌ فَلْيَجْلِسْ، فَإِنْ ذَهَبَ عَنْهُ الْغَضَبُ، وَإِلاَّ فَلْيَضْطَجِعْ “Bila salah satu di antara kalian marah saat berdiri, maka duduklah. Jika marahnya telah hilang maka sudah cukup. Namun jika tidak lenyap pula maka berbaringlah.” HR. Abu Daud, no. 4782. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini shahih. 4- Mengambil air wudhu Dari Athiyyah As-Sa’di radhiyallahu anhu berkata, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, إِنَّ الْغَضَبَ مِنْ الشَّيْطَانِ وَإِنَّ الشَّيْطَانَ خُلِقَ مِنْ النَّارِ وَإِنَّمَا تُطْفَأُ النَّارُ بِالْمَاءِ فَإِذَا غَضِبَ أَحَدُكُمْ فَلْيَتَوَضَّأْ “Sesungguhnya amarah itu dari setan dan setan diciptakan dari api. Api akan padam dengan air. Apabila salah seorang dari kalian marah, hendaknya berwudhu.” HR. Abu Daud, no. 4784. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan. 5- Ingat wasiat Nabi shallallahu alaihi wa sallam dan janji beliau Dari Mu’adz radhiyallahu anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, مَنْ كَظَمَ غَيْظاً وَهُوَ قَادِرٌ عَلَى أَنْ يُنَفِّذهُ دَعَأهُ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ عَلَى رُؤُوْسِ الْخَلاَئِقِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُخَيِّرَهُ مِنَ الْحُوْرِ مَا شَاءَ “Barangsiapa menahan amarahnya padahal mampu meluapkannya, Allah akan memanggilnya di hadapan para makhluk pada hari Kiamat untuk memberinya pilihan bidadari yang ia inginkan.” HR. Abu Daud, no. 4777; Ibnu Majah, no. 4186. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini sanadnya hasan Dari Abu Ad-Darda’ radhiyallahu anhu, ia berkata, “Wahai Rasulullah tunjukkanlah kepadaku suatu amalan yang dapat memasukkan dalam surga.” Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam lantas bersabda, لاَ تَغْضَبْ وَلَكَ الْجَنَّةُ “Janganlah engkau marah, maka bagimu surga.” HR. Thabrani dalam Al-Kabir. Lihat Shahih At-Targhib wa At-Tarhib, hadits ini shahih lighairihi. Wallahu waliyyut taufiq was sadaad. Referensi Fath Al-Qawi Al-Matin fii Syarh Al-Arba’in wa Tatimmatul Khamsin. Cetakan kedua, Tahun 1430 H. Syaikh Abdul Muhsin bin Muhammad Al-Abbad Al-Badr. Penerbit Dar Ibnu Affan. Syarh Al-Arba’in An-Nawawiyah. Cetakan ketiga, Tahun 1425 H. Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin. Penerbit Dar Ats-Tsuraya. Shahih Fiqh As-Sunnah. Syaikh Abu Malik Kamal bin As-Sayid Saalim. Penerbit Al-Maktabah At-Taufiqiyah. — Diselesaikan di Pesantren Darush Sholihin, 6 Rabi’ul Akhir 1440 H Oleh Muhammad Abduh Tuasikal Artikel
Janganlahtakut, hai kamu kawanan kecil! Karena Bapamu telah berkenan memberikan kamu Kerajaan itu. Kolose 1:13-14 Ia telah melepaskan kita dari kuasa kegelapan dan memindahkan kita ke dalam Kerajaan Anak-Nya yang kekasih; di dalam Dia kita memiliki penebusan kita, yaitu pengampunan dosa. Filipi 4:20 Dimuliakanlah Allah dan Bapa kita selama

Oleh Ustadz Amir As Saronji, Lc. Bismillahirrahmaanirrahiim Pernah suatu ketika datang seorang laki-laki kepada Rasulullah saw. meminta wasiat. Kemudian beliau saw. bersabda “Laa tagdhob” Kamu jangan suka marah kemudian dia mengulang-ulang meminta wasiat. Rasulullah saw. tetap bersabda “laa tagdhob” Janganlah kamu suka marah. Kenapa kita dilarang marah? karena orang yang marah dia akan melakukan hal-hal yang tidak wajar bahkan terkadang dia melakukan hal yang diharamkan oleh Allah swt. Seorang suami ketika marah kepada istrinya dia akan mentalak istrinya, bahkan suatu ketika dia bisa langsung mentalak tiga istrinya padahal ini tidak dibolehkan ini termasuk talak yang bid’i. Ketika dia mentalak istrinya dalam kondisi marah lalu marahnya reda maka dia menyesal karena dia telah mentalak istrinya. Dia teringat masa lalunya dengan susah payah dia dapatkan istrinya. Harta dia korbankan tenaga dia curahkan, waktu dia luangkan hanya untuk mendapatkan istri yang dicintainya. Namun dengan gampangnya dia mentalak istrinya hanya dengan marah. Kemudian terkadang seorang ayah ketika marah terhadap anaknya dengan kemarahan yang tidak bisa dikendalikan, dia memukul anaknya dengan pukulan yang keras. Setelah marahnya reda dia mulai menyesal karena telah memukul anaknya bahkan hingga anaknya masuk rumah sakit. Walhasil orang yang marah dia akan melakukan hal-hal yang tidak wajar atau bahkan yang diharamkan oleh Allah swt. kemudian setelah marahnya reda baru dia menyesal atas apa yang dia lakukan. Oleh karenannya nabi memberikan bimbingan kepada kita “jangan marah”. Orang yang mampu menahan amarahnya Allah swt. akan berikan kepadanya surga yang luasnya seluas langit dan bumi. Dan orang-orang yang mampu menahan amarahnya mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi kemudian dalam hadits, nabi pernah bersabda “laa tagdhob wa lakal jannah” janganlah kamu marah niscaya kamu akan mendapatkan surga. Ketika kita marah ada beberapa hal yang dapat kita lakukan supaya marah kita turun. Diantaranya barangsiapa yang marah maka hendaknya dia bertaawudz, kemudian hendaknya dia berwudhu setan diciptakan dari api dan api hanya dipadamkan oleh air, kemudian barangsiapa yang marah dalam keadaan berdiri hendaknya dia duduk, kalau marahnya sambil duduk hendaknya dia berbaring dan seterusnya petunjuk dari nabi saw. Maka marilah kita berusaha menjauhi sikap marah karena sikap marah ini bisa mendatangkan berbagai keburukan, kita melatih diri kita mengurangi kebiasaan marah kita setiap hari.

Ketika kita terus-terusan merasa marah, kita cenderung memproyeksikan perasaan negatif kita pada orang lain. Hal ini bisa merusak hubungan kita dengan orang lain. Namun, ketika kita bisa mengendalikan amarah, kita akan lebih bisa merespons orang lain dengan lebih baik. JanganMarah Bagimu Surga: Kisah Seekor Ular. oleh Admin · Jan 24, 2018. Ada nasihat bagus. Saya cuplik di sini. Menjadikannya tambahan caption utuh. Banyaknya ucapan & tindakan yang dilakukan saat MARAH menguasai hati, sebanyak itu pula kita melukai diri kita sendiri. Ketahuilah, dendam, amarah, iri dan dengki, apapun itu, ia sebenarnya
Dythia Novianty. Kamis, 28 Oktober 2021 | 14:36 WIB. Ilustrasi Nabi Muhammad (pixbay) SuaraJatim.id - Emosi bisa menyebabkan penyakit pikiran. Dalam Islam, Nabi Muhammad melarang umatnya marah -marah. Simak hadits larangan marah berikut ini untuk meredam emosi berlebihan. Setiap manusia tidak akan terlepas dari perbuatan marah.
. 349 448 220 244 199 434 338 336

janganlah kamu marah bagimu surga